Tanjung Benoa
Tanjung Benoa, terletak di ujung Selatan Pulau Bali. Kawasan wisata ini dapat ditempuh dengan perjalanan + 20 menit dari Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali dengan menggunakan taksi atau mobil sewaan. Dari obyek wisata lain, Tanjung Benoa dapat ditempuh sekitar 35 menit dari Pantai Kuta dan 10 menit dari pantai Sanur. Untuk keperluan transportasi menuju obyek-obyek wisata di Bali, wisatawan dapat memanfaatkan bus-bus pariwisata, agen perjalanan, taksi, maupun persewaan mobil dan motor, karena angkutan umum belum banyak tersedia. Dulunya tempat ini adalah sebuah perkampungan kampung nelayan yang sekarang sudah beralih fungsi menjadi kawasan wisata mewah dan sebagai pusat dari wisata bahari yang populer dengan nama Watersport Tanjung Benoa.
Perkembangan di daerah ini sangatlah signifikan yang dari awalnya hanyalah sebuah kampung nelayan kini berubah total menjadi kawasan wisata tempat didirikannya hotel-hotel mewah, tempat spa, tempat-tempat shoping oleh-oleh khas Bali, dan juga restoran yang berstandard international. Kawasan Wisata di Nusa Dua Bali ini memang sangat pas sekali buat aktivitas wisata bahari, karena mempunyai air laut yang tenang serta panorama bawah laut yang indah dan tidak tidak kalah dengan pantai-pantai di Bali lainnya. Objek wisata Tanjung Benoa mempunyai letak geografis yang unik, karena diapit oleh dua laut yang masing-masing sisinya memiliki pantai dengan pasir putih.
Sejarah
Berbicara mengenai sejarah Tanjung Benoa Bali, maka tidak terlepas pula dari sejarah etnik yang mendiaminya. Terdapat lima etnik pokok di Desa Adat Tanjung Benoa, yaitu etnis Tionghoa, Bali, Bugis, Jawa dan Palue (Flores). Kelima etnik ini memiliki sejarah masing-masing, sehingga mereka menjadi masyarakat etnis di desa adat ini.
Berikut akan dibahas mengenai sejarah kedatangan dan lokasi permukiman dari masing-masing etnik.
Etnik Tionghoa
Sejarah Kedatangan Etnik Tionghoa
Sejak Zaman Dinasti Tang, bandar-bandar pelabuhan di Pesisir Tenggara Tiongkok memang telah menjadi bandar-bandar perdagangan yang besar. Bandar yang tercatat sebagai bandar pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia pada zaman tersebut adalah Quanzhou. Pertumbuhan perdagangan di Daerah Pesisir Tenggara Tiongkok ini menyebabkan banyak sekali orang-orang Tionghoa merasa perlu keluar berlayar untuk berdagang dan memperluas daerah perdagangan. Tujuan utama pedagang Tionghoa adalah Asia Tenggara. Pelayaran sangat bergantung pada angin musim, maka setiap tahunnya para pedagang asal Tiongkok ini akan bermukim di wilayah-wilayah Asia Tenggara yang disinggahi mereka. Keadaan inilah yang menyebabkan terdapat beberapa pedagang yang memutuskan untuk menetap dan menikahi wanita setempat dan ada pula pedagang yang pulang kembali ke daerah asal untuk terus berdagang.
Pelayaran masyarakat Tionghoa mulai masuk ke Indonesia sekitar awal abad ke-7 dan menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Sejak abad ke-11, ratusan ribu masyarakat Tionghoa mulai memasuki kawasan Indonesia. Kawasan utama Indonesia yang disinggahi oleh masyarakat Tionghoa adalah daerah pesisir karena mata pencaharian utama mereka di bidang perdagangan dan pelayaran.Menurut Bendesa Adat Tanjung Benoa, etnis Tionghoa merupakan etnis yang pertama kali bermukim di Kawasan Tanjung Benoa. Hal tersebut dilihat dari klenteng yang telah dibangun lebih dari 400 tahun yang lalu. Umur klenteng yang berumur lebih dari 400 tahun ini memberitahukan bahwa masyarakat Tionghoa mulai datang ke kawasan ini sekitar abad ke-16, tepatnya tahun 1546. Klenteng tersebut dibangun setelah terdapat banyak masyarakat Tionghoa yang tinggal di kawasan ini yang dominan beragama Buddha. Hal ini juga didukung dengan penjelasan dari Pemangku Klenteng Caow Eng Bio yang menyatakan, kira-kira Klenteng ini umurnya hampir lebih dari empat ratus tahun, itu yang tertulis dari prasasti yang ada di belakang itu, yang ada nama orang yang buat Klenteng ini, tapi para guru bahasa Tiongkok sama Mandarin yang sudah banyak datang ke sini saja tidak bisa menerjemahkan nama-nama yang ditulis di batu itu, mungkin itu bahasa Tiongkok Kuno, soalnya batunya yang dipakai saja batu tua yang sekarang hampir tidak bisa ditemukan lagi entah itu batu laut apa yang digunakan untuk mengukir nama yang dulu buat konco ini. Cerita dari kakek saya juga bilang umur Klenteng ini sudah empat ratus tahunan dibangun waktu orang Tionghoa datang dan tinggal di sini waktu itu…Awalnya masyarakat Tionghoa datang ke Kawasan Tanjung Benoa Bali untuk tujuan perdagangan baik untuk menjual benda-benda antik maupun benda khas Tiongkok, seperti kain sutra, giok dan guci. Mereka berkunjung ke Tanjung Benoa karena lokasi Tanjung yang dikelilingi oleh laut dan masyarakat Tionghoa dulunya sering melakukan pelayaran dalam berdagang. Saat tiba di Tanjung Benoa banyak pedagang asal Negara Tiongkok ini yang mulai menetap. Pelayaran masyarakat Tionghoa menggunakan perahu yang disebut dengan “Wangkang”.Kapal Wangkang adalah jenis kapal yang ada di Tiongkok. Seluruh pelayaran dalam bidang perdagangan selalu menggunakan kapal jenis ini. Kapal ini merupakan kapal yang mampu untuk menempuh jarak yang jauh dan mengangkut atau menampung banyak barang dagangan yang akan diperdagangkan di luar daerah
Lokasi permukiman etnis Tionghoa dibangun di sekitar area Klenteng. Masyarakat akan selalu berusaha untuk membangun permukiman mereka dekat dengan fasilitas umum yang sering digunakan. Permukiman etnis Tionghoa selain dibangun dekat dengan Klenteng Caow Eng Bio juga dibangun dekat dengan pantai yang merupakan sumber mata pencaharian. Didukung dengan letak tempat peribadahan umat Buddha di Tanjung Benoa ini yang memang harus berada di depan laut. Klenteng harus dibangun di depan laut karena Klenteng Caow Eng Bio merupakan Konco yang memuja Dewa Laut.Permukiman etnis yang disebut sebagai pendatang pertama yang tiba dan menetap di Tanjung Benoa ini, awalnya berada di beberapa lingkungan banjar yang ada karena jumlahnya yang banyak. Lingkungan Panca Bhinneka, Tengah dan Purwa Santhi awalnya menjadi kawasan permukiman masyarakat Tionghoa yang dipenuhi dengan rumah-rumah etnis yang datang dari Tiongkok ini. Area permukiman sebelumnya cukup luas akibat jumlah etnik Tionghoa yang banyak di Tanjung Benoa.
Sejak pindahnya pelabuhan dari Tanjung Benoa ke Benoa, jumlah masyarakat etnis Tionghoa mulai berkurang. Mata pencaharian dalam perdagangan perlahan mulai menyurut, sehingga banyak yang pindah ke Benoa dan daerah pesisir lainnya, seperti Kuta. Saat ini lokasi permukiman etnis Tionghoa tersebar di sekitar Klenteng, lingkungan banjar Tengah, Purwa Santhi dan sedikit masuk ke Lingkungan Panca Bhinneka dengan jumlah yang sedikit.
Perkembangan Pariwisata
Tanjung Benoa sebuah tempat di ujung “kelingking” kaki Pulau Bali. Pantai di tempat ini cukup unik karena pasang-surut air lautnya sangat tergantung pada “Purnama-Tilem”. Karang lautnya juga masih lestari, sehingga ombak akan pecah di luar, sebelum menyentuh bibir pantai. Karena itulah dikenal istilah “laut dangkal” dan “laut dalam”. Nah, karena adanya laut dangkal inilah, Tanjung Benoa terkenal dengan aktifitas watersportnya. Pesatnya perkembangan kawasan wisata air ini, tentu saja tidak terlepas dari sejarah Tanjung Benoa.
Siapa menyangka, kawasan Tanjung Benoa yang dulu dikenal sebagai daerah kumuh, kini telah menjelma menjadi obyek wisata bahari paling lengkap di Pulau Bali. Ya, di pantai yang bersebelahan dengan kawasan Nusa Dua ini, sekarang telah menjadi pusat berbagai macam olahraga air, mulai dari jetski, parasailing, scuba diving, snorkeling, hingga flying fish. Berbagai sarana wisata yang diberi nama wisata tirta Benoa Marine Recreation (BMR) ini juga telah dilengkapi dengan fasilitas hotel berbintang dan restoran bertaraf internasional.Dua puluh lima tahun lalu, Tanjung Benoa adalah sebuah perkampungan nelayan yang kumuh dan miskin.Jika dahulu masyarakatnya hanya mengandalkan pendapatan dari berladang dan menangkap ikan seadanya, kini mereka relatif lebih makmur dengan pendapatan terbesar dari jasa pariwisata. Perubahan besar ini bermula dari pembangunan proyek kawasan Bali Tourism Development Corporation (BTDC) yang berdekatan lokasinya dengan Tanjung Benoa pada tahun 1980-an.
BTDC adalah proyek prestisius untuk membangun berbagai sarana pariwisata di bagian Selatan Bali, di antaranya membangun 12 hotel berbintang lima dan lima plus.Semula, kawasan Tanjung Benoa diproyeksikan sebagai salah satu daerah hunian bagi karyawan yang bekerja di kawasan BTDC. Namun, ternyata para investor mulai tertarik untuk mengembangkan daerah ini sebagai lokasi pembangunan hotel-hotel berbintang, sehingga masyarakat Tanjung Benoa mulai sadar untuk turut ambil bagian dalam mengembangkan kawasan ini sebagai daerah tujuan wisata. Pada tahun 1996 dibentuklah Komite Tanjung Benoa yang bertujuan untuk mengembangkan dan mempromosikan daerah tujuan wisata baru ini. Komite tersebut juga mulai menata lingkungan, memberikan penyuluhan dan penyadaran terhadap warga untuk perlahan-lahan mengubah lingkungan yang kumuh menjadi bersih dan asri. Para pengusaha hotel dan jasa wisata lainnya yang tergabung dalam Komite Tanjung Benoa juga mengusulkan kepada pemerintah untuk segera membangun trotoar di sepanjang jalan utama Tanjung Benoa. Hasilnya, jalan-jalan utama di Tanjung Benoa kini tampak bersih dan rapi, sehingga wisatawan dapat dengan nyaman berjalan kaki menyusuri jalan-jalan utama tersebut. Berkat kerja keras itu, menurut catatan http://www.balipost.co.id, kini warga Tanjung Benoa tercatat sebagai masyarakat dengan pendapatan di atas rata-rata masyarakat Kabupaten Badung lainnya. Warga Tanjung Benoa banyak terserap ke berbagai industri jasa pariwisata, mulai dari perhotelan, restoran, tenaga kebersihan, hingga pendamping wisatawan dalam berbagai atraksi wisata air yang ditawarkan.
Kawasan Tanjung Benoa merupakan kawasan pantai yang berada di ujung Tenggara Pulau Bali. Lokasinya yang cukup landai dengan ombak yang tenang membuat kawasan ini sangat cocok untuk berbagai olahraga air. Di tempat ini wisatawan dapat mencoba berbagai tantangan olahraga air, seperti jetski, parasailing, bana boat, snorkeling, scuba diving, glassbottom, hingga mengunjungi pulau penyu (Turtle Island). Berbagai permainan air tersebut biasanya dimulai sejak pukul 8 sampai pukul 12 siang. Setiap permainan akan dipandu oleh instruktur berpengalaman sehingga akan memberikan jaminan keselamatan dan kenyamanan bagi wisatawan.
- Olahraga pertama yang menarik untuk dicoba adalah mengemudikan Jetski, yaitu kendaraan motor air yang dikendarai layaknya sepeda motor. Dalam mengemudikan jetski, wisatawan akan didampingi oleh instruktur untuk menghindari kecelakaan. Instruktur biasanya akan mengendarai jetski dari pinggir pantai hingga ke tengah laut, baru kemudian wisatawan dapat mengambil alih kemudi jetski untuk mulai beraksi kebut-kebutan di tengah laut. Untuk menghindarai tabrakan atau kesalahan fatal lainnya, istruktur tetap akan mendampingi wisatawan dengan cara membonceng di belakang.
- Banana boat yang dapat ditumpangi oleh 4 orang plus 1 orang instruktur pendamping. Banana boat merupakan perahu karet tunggal berbentuk seperti pisang yang ditarik oleh speedboat untuk berkeliling pantai selama 15 menit. Bila ingin lebih seru, wisatawan dapat meminta kepada instruktur untuk mengarahkan banana boat melawan arus ombak, sehingga Anda dapat merasakan sensasi menerjang ombak bersama kawan atau keluarga.
- Payung parasut yang ditarik oleh sebuah kapal cepat (speedboat) yang disebut Parasailing. sekali putaran (sekitar 4 menit di udara) mengitari kawasan pantai Tanjung Benoa. Dalam permainan ini, wisatawan yang telah menggunakan perlengkapan parasailing akan ditarik oleh speedboat dengan kecepatan tinggi sehingga akan melambung sampai ketinggian 50 meter di atas permukaan laut. Untuk mengurangi ketegangan, wisatawan dapat mengajak teman atau pasangan untuk bertandem menikmati sensasi layaknya penerjung payung
- Snorkeling, yaitu berenang sambil melihat-lihat pemandangan bawah laut, wisatawan dapat menyewa peralatan dan jasa istruktur dengan biaya antara Rp. 175.000,00 sampai Rp. 400.000,00 per orang selama 1 jam. Untuk olahraga snorkeling ini, wisatawan disyaratkan memiliki kemampuan berenang. Selain snorkeling, Anda juga dapat melihat kekayaan bawah laut dengan scuba diving. Scuba diving atau menyelam dengan peralatan lengkap adalah salah satu cara untuk menikmati keindahan bawah laut di Tanjung Benoa secara lebih aman. Setelah diberi materi singkat mengenai teknik penyelaman, wisatawan dipersilakan untuk mengenakan pakaian selam dan tangki oksigen, kemudian ditemani oleh instruktur untuk menyelam di kedalaman 5 sampai 7 meter di bawah permukaan laut. Bagi yang sudah berpengalaman diperbolehkan menyelam hingga puluhan meter. Di bawah laut, Anda dapat menyaksikan kekayaan terumbu karang dan ikan hias warna warni. Jangan lupa membawa potongan roti untuk memberi makan ikan-ikan lucu tersebu.
- Cara lain untuk menikmati keindahan bawah laut Tanjung Benoa adalah dengan menaiki kapal yang telah dimodifikasi bagian bawahnya menggunakan kaca bening (Glass bottom Boat). Biasanya menaiki perahu glass bottom ini merupakan satu paket wisata menuju Pulau Penyu (Turtle Island).
Dalam perjalanan menuju Pulau Penyu, wisatawan dapat melihat keanekaragaman hewan bawah laut melalui kaca bening seperti sedang melihat akuarium raksasa. Wisatawan juga dapat memberikan potongan roti sebagai makanan untuk bermain-main dengan ikan berwarna warni tersebut. Puas menikmati pemandangan bawah laut, wisatawan akan diajak menuju Pulau Penyu. Di Pulau yang masih asri ini, wisatawan bisa menyaksikan penangkaran penyu, telur-telur yang sedang dieram, telur yang sudah menetas, penyu-penyu kecil, hingga penyu-penyu yang sudah dewasa dan siap menjadi induk baru. Penyu-penyu ini tidak hanya satu jenis, melainkan ada beberapa jenis. Beberapa di antaranya juga ada yang telah berusia di atas 35 tahun dengan ukuran yang cukup besar.
Di Pulau Penyu juga terdapat binatang lain seperti burung, kelelawar, ular, monyet, dan lain-lain yang relatif jinak sehingga dapat disentuh atau difoto oleh pengunjung. Di pulau ini telah dilengkapi dengan galeri cenderamata yang menjual berbagai replika penyu dari kayu atau batu karang. Kunjungan ke Pulau Penyu berlangsung sekitar 1 jam dengan harga yang bervariasi tergantung jumlah penumpan - Flying fish, yaitu perahu karet yang dilengkapi semacam sayap di kanan-kirinya yang ditarik oleh speedboat hingga melayang di udara. Flying fish dapat dimainkan oleh 3 orang, yaitu dua orang berada di sisi kanan dan kiri, serta satu orang instruktur di tengah sebagai pemandu dan penyeimbang. Setelah ditarik oleh speedboat dengan kecepatan tinggi dan melawan arah angin, perahu karet tersebut akan melayang-layang di atas ketinggian 2 hingga 10 meter, mirip layang-layang. Bagi Anda yang suka permainan menantang, flying fish patut untuk dicoba.
- Fly Board, adalah wahana bermain air terbaru di Tanjung Benoa, aktivias ini membuat anda seolah olah terbang layaknya di Film Iron Man
- Sea Walker, adalah perjalanan dibawah laut dengan menggunakan Helm Khusus yang kedap air.Dengan alat ini wisatawan dapat berinteraksi langsung dengan Biota bawah Laut
- Diving, merupakan aktivitas menyelam kedalam laut dengan menggunakan peralatan laut berupa Tabung Oksigen, Pakaian selam, sirip selam ( kaki Katak ), dll. Hanya wisatawan tertentu yang sudah memiliki keahlian menyelam yang bisa melakukannya.
- Rolling Donut, wisatawan akan duduk diatas perahu karet yang berbentuk Donat ditarik dengan speed boat
- Wakerboard, wisatawan akan berdiri diatas papan (board), lalu ditarik oleh Speed Boat
- Waterskiing, wisatawan berdiri diatas Papan Ski dan ditarik oleh Oleh Speed boat